Selasa, 31 Agustus 2010

Gantian yuuk... --> kata warga Buol

PALU, KOMPAS.com — Penyerangan warga ke Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Biau, Kabupaten Buol, Selasa (31/8/2010) malam, juga dibarengi dengan aksi penyisiran (sweeping) terhadap polisi, baik yang di asrama maupun di lokasi lain.

Informasi itu dibenarkan Kapolres Buol AKBP Amin Litarso yang dihubungi dari Palu, Rabu (1/9/2010) pagi. Namun, Amin belum mendapat laporan lebih jauh mengenai kemungkinan adanya korban lain akibat penyisiran warga tersebut.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, penyerangan warga ke kantor polisi tersebut telah mengakibatkan 19 prajurit Brimob terluka dan satu di antaranya dalam kondisi luka parah akibat terbakar ledakan bom molotov.

Sementara, kerugian fisik pun terjadi di sekitar Mapolres. Amin menyebutkan, beberapa atribut kepolisian, seperti motor operasional dan pakaian seragam di Balai Tempat Umum (BTU) Buol, menjadi sasaran amuk massa."Di lokasi itu, tiga dari empat motor milik anggota di BTU dibakar dan satu motor lainnya dirusak," katanya.

Insiden penyerangan itu terkait dengan tewasnya seorang tahanan Polsek Biau bernama Kasmir Timumun pada Senin sore. Keluarga menduga tewasnya Kasmir Timumun, warga Kelurahan Leok II, yang bekerja sebagai tukang ojek, itu, akibat penganiayaan oknum polisi.

Kasmir ditahan karena kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan seorang anggota kepolisian di kota itu, namun hari Senin dia tewas di dalam tahanan. Sebagai buntut dari kematiannya, Selasa malam sekitar pukul 21.30 WITA, ribuan warga mendatangi Mapolsek Biau di Kelurahan Kali dan berdekatan dengan Kantor Bupati Buol.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kalau Warga sweeping Polisi....
siapa yang sweeping maling ya?

atau... gimana ya? kalau warga menolak polisi? gimana kalau ganti ama tentara? atau gimana ya?
apa benar negara ini sudah merdeka?

Kalo Tokeknya segede ini? makannya apa ya?

Mengapa Tokek Mahal Harganya?

Selasa, 31 Agustus 2010 | 00:08 WIB

Tribun Kaltim

Tokek raksasa seberat 64 Kg yang ditemukan remaja di hutan perbatasan Kalimantan Timur dan Malaysia ini kabarnya laku Rp 179 miliar.

KOMPAS.com Tokek, hewan reptil yang suaranya sering muncul di rumah, kebun, gedung, atau bahkan hutan itu kini harganya makin mahal. Tokek berkaki empat mirip cicak itu lebih sering dijumpai di rumah dan kini makin mudah diperoleh di pasaran untuk berbagai keperluan.
Apa yang menjadikan tokek mahal harganya? Hal itu ternyata bukan karena suaranya yang sering bunyi tanpa diduga dan berulang-ulang satu periode, tetapi lebih pada kandungan dari tokek itu sendiri, yang otomatis untuk memanfaatkannya harus disembelih atau dimatikan.
Tokek rumah atau cicak besar bernama latin Gekko gecko dikenal di beberapa tempat dengan sebutan berbeda, misalnya tekek atau tokek, (Jawa), tokok (Sunda), dan tokay gecko atau tucktoo (Inggris).
Tokek rumah memiliki bintil besar-besar di punggungnya dengan warna berbeda-beda dan hal ini satu di antara pembeda jika dibandingkan dengan cicak kecil. Warnanya  bermacam-macam, dari warna abu-abu kebiruan sampai kecoklatan, dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga.
Adapun warna perut tokek abu-abu biru keputihan atau kekuningan dan ekornya juga memiliki enam baris bintil belang-belang. Di bagian jari-jari kakinya terdapat bantalan pengisap sehingga ia bisa lengket di dinding tembok atau pohon.
Tokek menjadi mahal dan dicari orang karena konon bisa menyembuhkan orang yang mengidap HIV atau AIDS. Penyakit mematikan itu menyerang sistem imun tubuh dan belum ada obat medis yang mampu mengatasinya. Oleh sebab itu, ramuan tradisional dari tokek dipercaya sebagai ramuan paling mujarab untuk hal itu.
Bagian lidah tokek dan darahnya dikabarkan mengandung zat yang bisa melawan virus HIV. Tokek yang memiliki khasiat itu adalah tokek berbobot lebih dari 3 ons dan dalam keadaan hidup.
Selain lidah, empedu tokek konon juga mujarab untuk pengobatan orang yang mengidap AIDS. Kabar beginilah yang membuat orang harus membelinya dengan harga mahal demi menyelamatkan nyawanya.
Bagian empedu tokek juga mengandung senyawa anti-tumor dan kanker sehingga bisa meningkatkan kekebalan tubuh.
Adapun sejak zaman nenek moyang, daging tokek secara keseluruhan bisa menyembuhkan berbagai penyakit gatal. Banyak orang memberikan kesaksian bahwa penyakit kulit gatal-gatal bisa sembuh dengan tokek yang dibakar atau digoreng.
Harga tokek bervariasi tergantung berat badan dan usia tokek itu sendiri. Lokasi khusus penjualan tokek ada di beberapa daerah, seperti Jakarta, Batam, Banjarmasin, Makassar, Pontianak, Surabaya, dan Solo serta kota lainnya.
Di Pasar Jatinegara, Jakarta, juga terdapat pasar hewan yang menyediakan berbagai macam satwa, dan langka sekalipun, dengan harga murah.
Harga tokek dengan berat badan kurang dari 1,5 ons masih pada kisaran Rp 200.000. Namun, bila sudah besar, sekitar 2 ons, dan sudah tua, maka harganya bisa mencapai Rp 5 juta.
Jika nasib mujur, maka penjual bisa melepas tokek seberat lebih dari 3 ons atau 4 ons dengan harga Rp 100 juta. Harganya akan lebih mahal lagi jika sudah mencapai 1 kilogram dan dibeli langsung dari pembeli Korea, China, atau Malaysia. Harganya bisa lebih dari Rp 200 juta.
Tokek raksasa yang pernah ditemukan di pedalaman Kalimantan memiliki berat hingga 64 kilogram dan terjual dengan harga Rp 179 miliar, dibeli oleh pengusaha Korea melalui orang Malaysia.

-----------------------------------------------------------

-----------------------------------------------------------

Wakakak ini dia baru di Bilang tokek… kalo segede ini makannya apa ya?

lebih bingung lagi bagaimana nagkapnya ya?

Ampuuuuuuun……..

Senin, 30 Agustus 2010

Gampang untuk masalah ini.. belajar sama nyong2 di manado

Wisata
Rabies Ancam Pariwisata Bali?
Selasa, 24 Agustus 2010 | 22:18 WIB
DENPASAR, KOMPAS.com - Anggota DPRD Bali mengkhawatirkan serangan rabies akan mengancam citra kepariwisataan Pulau Dewata. "Adanya peringatan dari Pemerintah Australia awal Agustus 2010, agar warganya yang berada di Bali untuk berhati-hati dengan serangan rabies, tentu mengancam citra pariwisata Bali," kata anggota DPRD Bali, Tjokorde Gede Ngurah di Denpasar, Selasa (24/8/2010).
Penyakit ini sudah benar-benar mengkhawatirkan kita semua.
-- Tjokrode Gede Ngurah
Pada acara rapat koordinasi DPRD dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika beserta jajarannya itu, ia berharap kepada Pemprov agar masalah penyakit rabies ditangani secara serius karena sudah banyak warga yang meninggal akibat gigitan anjing yang terjangkit rabies tersebut.
Dikatakan, data yang tercatat di Dinas Kesehatan Bali menyebutkan kasus penyakit rabies akibat gigitan anjing bertambah sejak akhir 2008 hingga Juli 2010 mencapai 74 kasus, di antaranya 35 orang positif meninggal akibat rabies. "Penyakit ini sudah benar-benar mengkhawatirkan kita semua. Oleh karena itu kami juga berharap vaksinasi terhadap anjing dan eliminasi agar ditingkatkan," katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua DPRD Provinsi Bali, Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi, bahwa penyakit rabies sudah mengancam Bali, untuk itu agar pemerintah segera menentukan status anjing liar tersebut.
"Pada zaman Belanda ada istilah ’peneng’ sebagai tanda bahwa anjing tersebut ada pemiliknya. Anjing harus ada penengnya, kalau tak ada ya itu berarti liar," kata Ratmadi.
 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berita unik... masalah kayak gini kalau di Manado pasti cepat selesai... pas desember populasi anjing liar pasti berkurang 95%...

tinggal siapkan dabu2 jadi er-we....

Lanjuut

Anggota DPR Usulkan Boikot Upin Ipin

Anggota DPR Usulkan Boikot Upin Ipin

topik ini memang sangat menarik... setelah kasus ini kemudian masyarakat indonesia mungkin akan memboikot lebih banyak hal serupa. yang menarik perhatian saya kenapa Indonesia hanya diam saja mengenai hal ini?
apakah Indonesia tidak bisa membuat yang lebih baik dari Upil dan Ipil (AKA upin ipn)? saya punya saran...

kenapa Indonesia ataupun stasiun TV lebih meningkatkan produktivitas anak muda Indonesia daripada main beli produk sebelah dan menghilangkan nasionalisme kita. maklum dikata demi rating nasionalisme bisa menunggu...